ANALISIS
ZAT GIZI
A. Analisis Kadar Air
Struktur molekul air disusun oleh sebuah atom
oksigen yang berikatan secara kovalen dengan 2 atom hidrogen. Atom O mempunyai
muatan negatif dan atom H mempunyai muatan positif menjadikan air bersifat
seperti magnet yang mempunyai dua kutub. Kondisi ini menyebabkan air dapat
ditarik oleh senyawa lain baik yang bermuatan positif atau bermuatan negatif. Molekul
air yang satu dengan yang lain dapat bergabung melalui ikatan hidrogen yang
dapat terbentuk melalui tarik menarik antara kutub positif (atom H) molekul air
yang satu dengan kutub negatif (atom O) molekul air lain. Satu molekul air
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan 4 molekul air lainnya. Sebagian besar air
dalam bahan pangan berada dalam bentuk “terikat” dengan komponen bahan pangan
lainnya.
Terdapat 3 tipe air dalam bahan pangan. Di antaranya
adalah sebagai berikut:
a.
Air
monolayer (lapisan tunggal)
Air monolayer adalah air yang terikat dalam bahan
pangan secara kimia (ikatan hidrogen) atau ikatan ionik dengan komponen bahan
pangan (seperti karbohidrat, protein yang mempunyai gugus O). Air tipe ini
sulit dihilangkan pada proses pengeringan (sulit melepaskan ikatan) dan
dibekukan.
b.
Air
multilayer (lapisan banyak)
Air multilayer adalah air yang terikat pada molekul
air monolayer. Air tipe ini lebih mudah dihilangkan dengan penguapan atau
pengeringan dibandingkan air monolayer.
c.
Air
bebas
Air bebas adalah air yang terikat secara fisik dalam
matrik komponen bahan pangan. Air tipe ini sangat mudah dikeluarkan dengan
proses pengeringan. Adanya air bebas pada bahan pangan memunculkan istilah aw
(aktivitas air) yaitu jumlah air bebas yang dapat memfasilitasi pertumbuhan
mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang mengakibatkan penurunan mutu bahan pangan.
Kandungan air bahan pangan bervariasi. Ada yang
sangat rendah contohnya serealia, kacang-kacangan kering. Ada yang sangat
tinggi contohnya sayuran, buah-buahan atau pangan segar. Sebagai contoh kadar
air kacang kering 3% sedangkan semangka
97%.
Keberadaan air dalam bahan pangan selalu dihubungkan
dengan mutu bahan pangan dan sebagai pengukur bagian bahan kering atau padatan.
Air dalam bahan dapat digunakan sebagai indeks kestabilan selama penyimpanan
serta penentu mutu organoleptik terutama rasa dan keempukan.
1.
Analisis
Kadar Air
Analisa kadar air dalam bahan pangan penting untuk
bahan pangan segar dan olahan. Analisa sering menjadi tidak sederhana karena
air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat secara fisik atau kimia
dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatan-ikatan
air tersebut. Hal ini mengakibatkan sulit memperoleh ketelitian analisis yang
tinggi sehingga berkembanglah berbagai metode analisis air.
Berikut adalah metode analisis
kadar air.
a.
Analisis
kadar air metode langsung
Analisis kadar air metode langsung dilakukan dengan
cara mengeluarkan air dalam bahan pangan dengan bantuan pengeringan oven,
desikasi, distilasi, ekstraksi, dan teknik fisikokimia lainnya. Jumlah air
dapat diketahui dengan cara penimbangan, pengukuran volume atau cara langsung
lainnya. Metode ini mempunyai ketelitian tinggi, namun memerlukan pengerjaan
relatif lama dan kebanyakan bersifat manual.
Metode analisis kadar air secara langsung sendiri
terbagi menjadi 5 macam, yaitu sebagai berikut.
1)
Metode
gravimetri (pengeringan dengan oven)
Dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan
dengan proses pengeringan dalam oven (oven udara atau oven vakum, hal ini
berdasarkan tekanan yang digunakan saat pengeringan).
Ada dua macam metode gravimetri yaitu metode oven
udara dan metode vakum.
i.
Metode
oven udara
Paling banyak dan sering digunakan. Metode ini
didasarkan atas berat yang hilang sehingga sampel seharusnya mempunyai
kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap. Air
dikeluarkan dari bahan pada tekanan udara (760 mmHg) sehingga air menguap pada
suhu 1000C yaitu sesuai titik didihnya.
Oven yang digunakan umumnya dipanaskan dengan
listrik atau dengan pemanas inframerah yang dilengkapi dengan neraca analitik
yang terpasang didalamnya. Analisa kadar air dengan oven berpemanas infrared
dapat dilakukan dengan cepat (untuk analisis kadar air rutin), tidak
mengakibatkan kenaikan suhu berlebihan pada sampel.
Radiasi infrared mempunyai kekuatan penetrasi yang
kuat sehingga air dalam bhan dapat diuapkan pada suhu tidak lebih dari 700C.
Pada oven berpemanas listrik, air pada bahan dapat diuapkan pada suhu 1000C.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi analisa
air dengan metode oven yaitu penimbangan contoh/bahan, kondisi oven, pengeringan
contoh, dan perlakuan setelah pengeringan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi yang berkaitan
dengan kondisi oven adalah fluktuasi suhu, kecepatan aliran, serta kelembaban
udara dalam oven.
ii. Metode oven vakum
Kelemahan dari pengeringan dengan oven udara
diperbaiki dengan metode oven vakum. Pada metode ini, sampel dikeringkan dalam
kondisi tekanan rendah (vakum) sehingga air dapat menguap dibawah titik didih
normal (1000C), misal antara suhu 60-700C. Pada suhu
60-700C tidak terjadi penguraian senyawa dalam sampel selama pengeringan.
Untuk analisis sampel bahan pangan yang mengandung gula, khususnya mengandung
fruktosa, senyawa ini cenderung mengalami penguraian pada suhu yang lebih
tinggi. Tekanan yang digunakan pada metode ini umumnya berkisar antara 25-100
mmHg.
Sebelum dilakukannya pengeringan perlu adanya
beberapa persiapan yaitu sebagai
berikut.
i.
Penimbangan
sampel
Berat sampel ditimbang dan disesuaikan jenis sampel
dan kadar air. Sampel kering dengan kadar air kurang dari 10% menggunakan berat
sampel 2 g. Sampel banyak mengandung air menggunakan berat sampel mencapai 20
g. Agar diperoleh berat residu kering 1-2 g sehingga kesalahan akibat
penimbangan dapat dihindari.
ii.
Perlakuan
pendahuluan sampel
Perlakuan pendahuluan berbeda-beda tiap sampel sesuai
jenis sampel. Bahan padat dihancurkan dahulu, dapat digiling mencapai kehalusan
antara 20-40 mesh. Sampel cair (sari buah, kecap, dll) diuapkan hingga kental
baru selanjutnya dikeringkan dalam oven. Produk bakery (cake, roti) dikeringkan
dalam ruangan hangat sampai krispi, selanjutnya dihaluskan 20 mesh, lalu dikeringkan
dalam oven.
iii.
Cawan
Terbuat dari nikel, baja tahan karat, alumunium,
atau porselin. Diameter cawan 5-9 cm, kedalaman 2-3 cm.
iv.
Persilangan
oven
Suhu oven dijaga konstan selama pengeringan dengan dilengkapi
termostat yang dapat mempertahankan suhu sekitar 0,50C atau kurang
Perbedaan perubahan suhu sekitar 10C
memberikan perbedaan kadar air sampai 0,1%. Pengeringan oven vakum menggunakan
tekanan 100 mmHg untuk buah-buahan, kacang-kacanagan, lemak, dan minyak. Tekanan
50 mmHg untuk sampel gula dan produk-produk dari gula. Tekanan 25 mmHg untuk
biji-bijian, telur, dan produk-produk dari telur.
Analisis kadar air metode oven
udara (SNI 01-2891-1992) menggunakan prinsip pengeringan
sampel dalam oven udara pada suhu 100-1050C sampai diperoleh berat
konstan. Berikut prosedur kerja untuk analisis kadar air metode oven udara:
i.
Pengecekan
suhu oven
Sebelum oven
digunakan untuk analisa kadar air, dilakukan pengecekan suhu oven dengan cara
memasukkan termometer yang dikalibrasi ke dalam oven. Tunggu hingga termometer
mencapai suhu yang diinginkan (sekitar 5 menit). Lakukan pengecekan suhu oven
sebanyak 5 kali. Catat data suhu yang terbaca pada termometer. Selanjutnya itung
nilai rata-rata suhu, standar deviasi, dan RSD.
ii.
Tahapan
analisis
Pada awal tahap
analisis cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Dinginkan cawan
dalam desikator. Ambil cawan kering dengan penjepit. Timbang cawan kering yang
sudah didinginkan. Timbang 1-2 g contoh pada cawan tersebut. Keringkan pada
oven suhu 1050C selama 3 jam. Dinginkan dalam desikator. Akukan penimbangan.
Ulangi penimbangan hingga diperoleh bobot tetap/konstan ( ≤0,0005 g).
iii.
Perhitungan
·
Kadar air dalam basis basah (bb)
Kadar air (g/100 g bahan basah) =
·
Kadar air dalam basis kering (bk)
Kadar air (g/100 g bahan kering) =
dengan:
W
= berat contoh sebelum dikeringkan
(g)
W1 = berat cawan kosong dan contoh kering
yang sudah
konstan beratnya (g)
W2 =
berat cawan kosong
Analisis kadar air metode oven
vakum (AOAC 925.45,1999) menggunakan prinsip pengeringan
sampel dalam oven vakum pada suhu 25-1000C sehingga air dapat
menguap pada suhu lebih rendah dari 1000C, misalnya pada suhu 60-700C.
Berikut prosedur kerja untuk analisis kadar air metode oven vakum:
i.
Prosedur
kerja
Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit
kemudian didiinginkan dalam desikator. Ambil cawan kering dengan penjepit lalu
timbang cawan kering yang sudah didinginkan. Lakukan penimbangan 1-2 g contoh
pada cawan tersebut. Keringkan pada oven vakum suhu 700C, 25 mmHg
selama 2 jam. Dinginkan dalam desikator lalu timbang. Ulangi penimbangan hingga
diperoleh berat tetap/konstan (≤0,0005).
ii.
Perhitungan
·
Kadar air dalam basis basah (bb)
Kadar
air (g/100 g bahan basah) =
·
Kadar air dalam basis kering (bk)
Kadar air (g/100
g bahan kering) =
dimana:
W
= berat contoh sebelum dikeringkan
(g)
W1 = berat cawan kosong dan contoh kering
yang sudah
konstan beratnya (g)
W2 =
berat cawan kosong
2)
Metode
distilasi azeotropik
Metode distilasi azeotropik yang dapat diterapkan ada dua, yaitu distilasi langsung dan distilasi azeotropik.
i.
Distilasi
langsung
Air diuapkan
dari pelarut yang imisibel atau tidak dapat bercampur dengan air yang mempunyai
titik didih tinggi. Alat yang digunakan adalah alat distilasi. Selama
pemanasan, air yang menguap dikondensasi, lalu ditampung dalam gelas ukur dan
ditentukan volume airnya untuk mengukur
kadar air.
ii.
Distilasi
azeotropik
Air diuapkan
bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada perbandingan yang tetap.
Tiga jenis pelarut yang sering digunakan adalah toluena, xilena (dimetil
benzena), dan tetrakloroetilena. Toluena paling banyak digunakan. Toluena dan
xilena memiliki berat jenis lebih rendah dari air, berat jenis toluena 0,866
g/ml, xilena 0,866-0,87 g/ml. Tetrakloroetilena mempunyai berat jenis lebih
tinggi dari air 1,62 g/ml.
Penggunaaan
pelarut yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air bertujuan agar air
berada di bagian bawah gelas penampung sehingga pengukuran volume lebih mudah. Penggunaan pelarut dengan berat jenis lebih
tinggi akan menyulitkan pengukuran volume air (akan terbentuk dua meniskus
sehingga ketelitian data kurang).
Pada kondisi
biasa, titik didih air dan toluen akan bersama-sama menguap pada suhu 850C
dengan perbandingan air toluen = 20:80. Uap air dan pelarut dikondensasi, oleh
karena air dan toluen tidak dapat bercampur maka setelah kondensasi air dan
toluen akan terpisah sehingga volume air dapat ditentukan.
Keuntungan
metode ini adalah kadar air ditetapkan langsung dan hasil akhir merupakan nilai
kadar air yang nyata dan bukan karena kehilangan berat contoh. Hasil lebih
teliti dibandingkan metode pengeringan oven karena jumlah contoh lebih banyak. Waktu
analisis singkat (0,5-1 jam), peralatan sederhana dan mudah didapat serta pengaruh
kelembaban lingkungan dapat dihindari dan dapat mencegah oksidasi selama
pemanasan. Selain itu metode ini memiliki cara pengerjaan sederhana dan mudah
ditangani.
Kelemahan metode
ini adalah permukaan alat gelas harus selalu bersih dan kering. Senyawa alkohol
atau gliserol mungkin terdistilasi bersama air yang dapat mengakibatkan data yang diperoleh lebih tinggi dari nilai
sebenarnya. Pelarut yang digunakan mudah terbakar, sebagian pelarut beracun
(misal benzena), serta ketelitian membaca volume air yang terkondensasi
terbatas.
Analisis kadar air metode distilasi azeotropik (SNI
01-3181-1992 yang dimodifikasi) memiliki prinsip bahwa penguapan air dari bahan
bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada suatu perbandingan yang
tetap. Uap air dari bahan beserta pelarut dikondensasi kemudian ditampung dalam
gelas penampung. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar dibandingkan
pelarutnya (jika digunakan pelarut dengan berat jenis lebih rendah) akan berada
di bagian bawah pelarut sehingga volumenya dapat dengan mudah ditentukan. Berikut
adalah prosedur kerja dari metose
distilasi azeotropik:
i.
Tahap
pengukuran
Keringkan labu didih dan tabung Bidwell-Sterling
dalam oven bersuhu 1050C dan dinginkan dalam desikator. Timbang 3
gram contoh (Ws). asukkan contoh ke dalam labu didih yang telah dikeringkan dan
tambahkan 60-80 ml toluena. Rangkai alat distilasi, labu didih, dan pemanas. Refluks
dengan suhu rendah (skala hot plate 4-5) selama 45 menit. Naikkan suhu (skala
8) dan lakukan pemanasan selama 60-90 menit. Baca volume air yang didistilasi
(Vs).
ii.
Penetapan
faktor distilasi
Keringkan labu didih dan tabung Bidwell-Sterling
dalam oven bersuhu 1050C dan dinginkan dalam desikator. Masukkan 4
gram air ke dalam labu (W), tambahkan toluena 60-80 ml. Rangkai alat distilasi,
labu didih, dan pemanas. Refluks dengan suhu rendah (skala hot plate 4-5)
selama 45 menit, lalu naikkan suhu (skala 8) dan lakukan pemanasan selama 60-90
menit. Baca volume air yang didistilasi (V).
iii.
Perhitungan
·
Kadar air bahan
Kadar air =
Ws= berat
contoh (g)
Vs= volume
air yang didistilasi dari contoh (ml)
FD= faktor
distilasi (g/ml)
·
Faktor distilasi (FD) dihitung dengan
rumus:
W= berat
air yang akan didistilasi (g)
V= volume
air yang terdistilasi (ml)
3)
Metode
Karl Fischer
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh
dengan metode volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan
adalah pereaksi Karl Fischer (campuran
iodin, sulfur dioksida, dan pridin dalam larutan metanol). Pereaksi karl
fischer pada metode ini sangat tidak stabil dan peka terhadap uap air oleh
karena itu sebelum digunakan pereaksi harus selalu distandarisasi.
Selama proses titrasi terjadi reaksi reduksi iodin
oleh sulfur dioksida dengan adanya air. Reaksi reduksi iodin akan berlangsung
sampai air habis yang ditunjukka munculnya warna coklat akibat kelebihan iodin.
Penentuan titik akhir titrasi sulit dilakukan karena kadang-kadang perubahan
warna yang terjadi tidak terlalu jelas.
Pereaksi karl fischer sangat sensitif terhadap air.
Sehingga metode ini dapat diaplikasikan untuk analisis kadar air bahan pangan
yang mempunyai kandungan air sangat rendah (seperti minyak/lemak, gula, madu,
dan bahan kering). Metode Karl Fischer juga dapat digunakan untuk mengukur
kadar air konsentrasi 1 ppm.
4)
Metode
desikasi kimia
Dengan bantuan bahan kimia yang mempunyai kemampuan
menyerap air tinggi, seperti: fosfor pentaoksida (P2O5),
barium monoksida (BaO), magnesium perklorat (MgCl3), kalsium klorida
anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4)
pekat. Senyawa P2O5, BaO, dan MgClO3 merupakan
bahan kimia yang direkomendasi oleh AOAC (1999).
Metode analisis ini cukup sederhana. Contoh yang
akan dianalisis ditempatkan pada cawan kemudian diletakkan dalam desikator.
Bahan pengering ditaburkan atau dituangkan pada alas desikator. Proses
pengeringan berangsung pada suhu kamar sampai berat konstan/tetap. Untuk
mencapai berat konstan dibutuhkan waktu lama dan keseimbangan kadar airnya
tergantung pada reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut terhadap air.
Metode ini sangat sesuai untuk bahan yang mengandung
senyawa volatil (mudah menguap) tinggi, seperti rempah-rempah. Penggunaan suhu
kamar dapat mencegah hilangnya senyawa menguap selama pengeringan.
5)
Metode
Termogravimetri
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air
dari bahan dengan bantuan panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari
bahan selama pemanasan) dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara
otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat
selama pemanasan untuk suatu program suhu tertentu.
Pencatatan berlangsung sampai bahan mencapai berat
konstan/tetap. Penimbangan dilakukan secara otomatis di dalam alat pengering
dan kesalahan akibat penimbangan sangat
kecil. Analisis dilakukan dalam waktu yang singkat. Jumlah sampel yang
digunakan hanya sedikit yaitu berkisar mg sampai 1 gram. Kurva perubahan berat
air selama pengeringan dapat menunjukkan sifat fisiko kimia tentang gaya yang
mengikat air pada komponen di dalam contoh serta data kinetik dari proses
pengeringan.
b.
Analisis
kadar air metode tidak langsung
Metode ini dilakukan tanpa mengeluarkan air dari
bahan dan tidak meusak bahan sehingga pengukuran tidak bersifat merusak (tidak
dekstruktif). Waktu pengukuran dilakukan dengan cepat dan dimungkinkan untuk
menjadikan kontinyu dan otomatik. Metode ini merupakan penerapan untuk
mengontrol proses-proses di industri.
Metode yang
banyak diterapkan adalah sebagai berikut:
1)
Metode
listrik-elektronika (konduktivitas DC-AC dan konstanta dielektrik)
Metode ini didasarkan pada pengukuran tahanan yang
ditimbulkan dari bahan yang mengandung air. Analisis dilakukan dengan cara
menempatkan sejumlah contoh di dalam wadah kecil di antara sua elektroda,
selanjutnya arus listrik yang melewati
contoh diukur berdasarkan tahanan listriknya.
2)
Penyerapan
gelombang mikro
Hal ini didasarkan pada pengukuran penyerapan energi
gelombang mikro oleh molekul air dalam bahan. Molekul air yang mempunyai dua
kutub akan menyerap beberapa ribu kali lebih banyak energi gelombang mikro
dibandingkan bahan kering dalam volume yang sama. Gelombang mikro dengan
frekuensi 9-10 GHz dapat digunakan untuk memantau kadar air bahan berkadar air
rendah, padatan atau cairan. Peralatan utamanya adalah dua buah antena yang
berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang. Pengukuran dilakukan dengan
cara bahan ditempatkan diantara ke dua antena tanpa menyentuh antena.
3)
Penyerapan
sonik dan ultrasonik
Hal ini dilakukan berdasarkan kemampuan molekul air
dalam menyerap energi sonik dan ultrasonik. Derajat penyerapannya tergantung
pada jumlah air yang terdapat dalam bahan. Pengukuran dilakukan dengan cara
bahan ditempatkan diantara generator energi (sebagai pensuplai energi sonik dan
ultrasonik) dan mikrofon sebagai penerima. Energi yang diterima selanjutnya
diperkuat sehingga terbaca pada voltmeter dan selanjutnya data diubah menjadi
data kadar air.
4)
Metode
spektroskopi (inframerah dan NMR)
Metode spektroskopi inframerah didasarkan pada
pembentukan spektrum penyerapan inframerah yang sangat spesifik oleh molekul
air yang terdapat pada bahan (padat atau cairan). Pita-pita penyerapan
inframerah oleh molekul air terjadi pada panjang gelombang 0,76; 0,97; 1,16;
1,45; dan 1,94 µm. Intensitas penyerapan sinar inframerah berbanding lurus
dengan kadar air.
Penentuan kadar air dilakukan dengan membandingkan
penyerapan energi pada panjang gelombang tersebut dengan kadar air standar yang
sebelumnya sudah ditentkan dengan metode langsung. Metode ini sangat sensitif
untuk bahan yang mengandung air sangat rendah sampai sekitar 0,05%. Metode ini
banyak digunakan untuk mengukur kadar air biji-bijian dan produk tepung. Selain
itu metode ini relatif mahal untuk digunakan pada penelitian. Industri besar
tepung gandum dan kedelai menggunakan metode ini untuk mengontrol kadar air
proses produksi.
Sedangkan metode spektroskopi NMR didasarkan pada
sifat-sifat nuklir dari atom-atom hidrogen dalam molekul air. Perputaran atom
hidrogen dalam molekul air yang berbeda dengan perputaran atom hidrogen dalam
molekul lain dapat diidentifikasi yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai
parameter pengukuran kadar air. Metode ini dapat mengukur kadar air bahan dari
kisaran 5-100%. Analisis berlangsung cepat, tidak menggunakan suhu tinggi,
tidak destruktif, dapat mengukur air terikat berbeda sifatnya dengan air bebas).
Pengerjaan mahal, cukup rumit, tidak cocok untuk analisis bahan yang mengandung
lemak/minyak tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar